Susah tidur setelah pandemi COVID-19 melanda? Kamu tak sendiri, karena nampaknya semakin banyak orang yang melaporkan masalah ini kepada para dokter untuk mengatasinya.

dr Andreas Prasadja RPSGT dari Snoring & Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran mengatakan dalam acara virtual Menyambut Hari Tidur Sedunia (World Sleep Day) 2021 dari Royal Philips, istilah coronasomnia sudah mulai dikenal — meskipun ini bukan istilah resmi medis.

“Banyak pasien saya pasca COVID-19 jadi nggak bisa tidur. Dan pertanyaan paling sering ‘Dok, apakah karena ini efek virus ya? Saya bilang bukan, coronasomnia lebih karena pada isolasinya. Sama dengan yang work from home, itu juga banyak yang menderita insomnia,” tuturnya.

Fakta menunjukkan pencarian insomnia meningkat drastis selama pandemi COVID-19 dan studi dari Royal Philips yang menemukan 71% responden (13 ribu dari 13 negara) mengalami gangguan tidur. Nah, dr Andreas menuturkan bahwa cemas dan stres bisa jadi menjadi alasan di balik adanya masalah ini.

Tapi bukan cuma stres dan cemas, kegiatan yang kurang berirama pun bisa jadi biang keladinya. Semenjak pandemi dan work from home berlaku, banyak orang yang hidupnya menjadi lebih monoton.

“Pencahayanya ini-ini lagi. Aktivitasnya? Sebentar kerja, sebentar Netflix. Semua monoton. Manusia itu makhluk irama, kita sebelumnya kan punya irama kalau mau kerja harus mandi, siap-siap, dandan, jalan, kerja di kantor, pulang, kemudian di rumah istirahat. Selama pandemi, eh, semua berubah,” jelas dr Andreas.

Mengembalikan irama harian

Coronasomnia memiliki gejala yakni mendengkur (ngorok) dan sering merasa lelah dan mengantuk di siang hari. Gejala lain yang menyertai adalah sakit kepala serta kurang konsentrasi.

Karena Coronasomnia bisa jadi karena masalah irama harian, dr Andreas pun memberikan tips supaya kita bisa mengembalikan irama harian.

“Sederhananya bedakan siang dan malam. Satu, aktivitasnya, aktivitas pagi, siang dan malam harus dibedakan. Nggak boleh Netflix terus atau kerja terus sampai malam, jangan santai-santai terus menerus juga. Bahkan bila perlu pakaian jangan pakai daster seharian, itu pun diatur iramanya,” sarannya.

Selain itu, biasakan untuk tidak menghabiskan waktu di kamar tidur jika belum masuk waktu tidur. Atur pencahayaan yang sesuai, jangan buat siang hari menjadi gelap sehingga otak juga bisa membedakan siang dan malam dengan baik. Semoga bisa segera lepas dari coronasomnia, ya!