Semakin banyak pasien COVID-19 yang mengeluhkan gejala tak biasa. Gejala COVID-19 gangguan indra penciuman dan perasa yang semula jarang ditemui, bahkan kini menjadi gejala khas COVID-19.

Baru-baru ini, sebuah penelitian dalam jurnal Chemicel Senses mengungkap gejala COVID-19 yang bisa menyebabkan masalah sensorik. Para peneliti mencatat adanya dampak kemestesis pada pasien COVID-19, apa itu?

Kemestesis adalah sensasi yang diinduksi secara kimiawi yang diaktifkan melalui sistem sentuh.

“Dengan kata lain, sensasi sejuk dari mentol atau iritasi, atau kesemutan atau rasa terbakar dari cabai,” sebut peneliti, dikutip dari Express UK.

“Namun, laporan ini telah meremehkan atau gagal membedakan efek potensial pada rasa, mengabaikan kemestesis, dan umumnya kekurangan pengukuran kuantitatif,” lanjut peneliti.

Sehubungan dengan hal ini, para peneliti berusaha untuk menyelidiki dampak COVID-19 terkait kemestesis.

Apa kaitan antara kemestesis dan COVID-19?

Untuk menyelidiki kaitan tersebut, para peneliti mensurvei 4.039 pasien memiliki gejala COVID-19 seperti ini. Ada 2.913 wanita, 1.118 pria, dan delapan lainnya, berusia 19 hingga 79 tahun.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa kerusakan kemosensori terkait COVID-19 tidak terbatas pada bau tetapi juga memengaruhi rasa dan kemestesis. Namun, hingga saat ini gejala COVID-19 tersebut belum bisa dipastikan menjadi gejala umum yang ditemui pada pasien, beberapa gejala umum atau khas COVID-19 menurut WHO yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut.

  • Demam
  • Batuk kering
  • Sakit dan nyeri
  • Sakit tenggorokan
  • Diare
  • Konjungtivitis
  • Sakit kepala
  • Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki.

Gejala serius meliputi:

  • Kesulitan bernapas atau sesak napas
  • Nyeri atau tekanan dada.

 

(aj) sumber.