Meski Indonesia Resesi, Rupiah Jadi Kampiun Mata Uang Asia

Meski Indonesia Resesi, Rupiah Jadi Kampiun Mata Uang Asia

kartuidcard,  JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus melanjutkan tren positifnya di tengah sentimen Pilpres AS dan proyeksi pemulihan ekonomi. Rupiah pun berhasil mencatatkan penguatan tertinggi di Asia.

Pada penutupan perdagangan Jumat (6/11/2020), rupiah menguat 170 poin atau 1,18 persen menjadi Rp14.210 per dolar AS, setelah bergerak di rentang Rp14.207,5 – Rp14.300.

Kurs Jisdor hari ini dipatok naik ke level Rp14.321 dari sebelumnya Rp14.439. Sementara itu, indeks dolar AS naik tipis 0,001 poin menuju 92,526.

Penguatan tersebut sejauh ini merupakan yang terbesar di wilayah Asia. Menyusul dibelakang rupiah adalah mata uang won Korea Selatan yang menguat 0,69 persen.

Sementara itu, Bank Indonesia merilis data terbaru terkait kondisi indikator stabilitas rupiah dengan mencermati perkembangan perekonomian Indonesia sebagai dampak penyebaran Covid-19.

Berdasarkan informasi yang disampaikan Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif Bank Indonesia Onny Widjanarko lewat keterangan tertulis Jumat (6/11/2020), BI memantau indikator nilai tukar dan inflasi pada 2-5 November 2020.

Untuk nilai tukar per hari Kamis 5 November 2020, rupiah ditutup pada level Rp14.370 per dolar AS kemudian dibuka menguat pada level Rp14.250 per dolar AS pada Jumat (6/11) pagi.

Kemudian, yield Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun stabil pada level 6,54 persen pada Kamis dan kemudian menguat jadi 6,39 persen pada Jumat pagi.

Tabel Kinerja Mata Uang Asia pada Jumat (6/11/2020)

Mata Uang Nilai Perubahan Perubahan (%)
103.4600 -0.0300 -0.03%
122.5500 0.1600 +0.13%
13.3458 -0.0051 -0.04%
7.7529 0.0005 +0.01%
1.3479 -0.0025 -0.19%
75.2980 -0.0900 -0.12%
0.7277 -0.0006 -0.08%
0.6798 0.0034 +0.50%
28.5390 -0.0340 -0.12%
1,120.5500 -7.7500 -0.69%
48.2330 -0.0820 -0.17%
14,210.0000 -170.0000 -1.18%
74.1650 -0.2237 -0.30%
6.6213 0.0148 +0.22%
4.1365 -0.0110 -0.27%
30.6240 -0.1490 -0.48%
3.9984 -0.0089 -0.22%

 

Terpisah, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa momentum penguatan rupiah kemungkinan bertahan seiring dengan pelaku pasar global tampak masih tertarik untuk masuk ke aset berisiko.

Berita mengenai Joe Biden yang kemungkinan besar menang dalam pemilihan Presiden AS telah mendorong sentimen positif ke aset berisiko tercermin dari indeks saham Asia, Eropa, hingga nilai tukar emerging market kompak menguat melawan dolar AS.

Adapun, pasar masih menanti pengumuman hasil penghitungan suara. Sejauh ini, capres dari Partai Demokrat, Joe Biden, memimpin dengan 264 suara elektoral (electoral Votes) dan Capres dari Partai Republik Donald Trump tertinggal dengan 214 electoral votes.

“Pasar lebih menyukai program Biden dibandingkan Trump karena Biden mengedepankan kolaborasi dengan negara-negara lain dibandingkan Trump yang lebih konfrontatif,” ujar Ariston.

Selain itu, rupiah berhasil menguat kendati dibayangi ekonomi Indonesia yang resmi masuk ke jurang resesi. Ariston menjelaskan, pertumbuhan ekonomi secara kuartalan yang mengindikasikan pemulihan itu telah membantu memberikan efek positif ke rupiah selain didorong euforia pilpres AS.

Sementara itu, menurut data BI untuk Yield UST (US Treasury) Note dengan tenor 10 tahun turun ke level 0,686%.

Lebih lanjut, untuk indikator aliran modal asing pada pekan pertama November 2020, premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun turun ke 82,64 bps per 5 November 2020 dari 97,06 bps per 30Oktober 2020.

Berdasarkan data transaksi 2-5 November 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp3,81 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun, dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,06 triliun.

Kemudian, berdasarkan data setelmen selama 2020 (year to date/ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp161,24 triliun.

Untuk indikator inflasi, berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I November 2020, inflasi November 2020 diperkirakan sebesar 0,18 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2020 secara tahun kalender sebesar 1,14 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,5 persen (yoy).

Penyumbang utama inflasi pada periode laporan adalah daging ayam ras sebesar 0,08 persen (mtm), cabai merah sebesar 0,03 persen (mtm), telur ayam ras dan bawang merah masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta cabai rawit dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas tarif angkutan udara sebesar -0.02 persen (mtm) dan emas perhiasan sebesar -0,01 persen (mtm).

“BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” kata Onny.

(dv) sumber.