Sulawesi Utara menyetop sementara penggunaan vaksin Corona AstraZeneca usai ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di sejumlah warga pasca disuntik.

Satgas Penanganan COVID-19 Sulut menyebut dari 3.990 warga yang disuntik vaksin AstraZeneca, banyak di antaranya mengalami efek samping seperti demam, menggigil, nyeri badan, nyeri tulang, mual, dan muntah.

Ketua Komnas KIPI, Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), mengaku sudah menerima laporan tersebut. Investigasi tengah dilakukan dan per hari Senin (29/3/2021) akan ada audit terkait KIPI vaksin AstraZeneca di Sulut.

“Sedang diinvestigasi dari kemarin sampai hari ini, kemudian siang ini mau melakukan audit, mau mengkaji dari data-data yang terkumpul,” jelas Prof Hindra saat dihubungi detikcom Senin (29/3/2021).

Sejauh ini, Komnas KIPI belum bisa memastikan kapan hasil audit akan segera diungkap untuk melihat kelanjutan penggunaan vaksin AstraZeneca di Sulut. Namun, Prof Hinky memastikan efek samping yang dilaporkan sebenarnya masih dalam kategori ringan.

Komnas KIPI akan melihat seberapa banyak warga yang mengeluhkan efek samping pasca divaksin AstraZeneca. Membandingkan proporsi keluhan tersebut dengan hasil uji klinis fase I, II, III vaksin AstraZeneca.

“Dilihat proporsinya, proporsinya berapa, ya misalnya yang disuntik 800 orang lalu yang pusing 20 persen, dilihat tuh laporan clinical trial fase 1 2 3 vaksin AstraZeneca ini,” bebernya.

“Kalau di penelitiannya dia proporsinya 20 persen, di SUlut 20 persen, artinya memang benar dan memang tidak berbahaya atau di luar dugaan atau melebihi ambang keamanan,” lanjutnya.

Jika ternyata proporsi yang ditemukan lebih rendah dari hasil uji vaksin AstraZeneca, Prof Hinky menegaskan penggunaan vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara seharusnya bisa dilanjutkan.

Bagaimana dengan di daerah lain?

Menurut Prof Hinky, tak ada laporan serupa di wilayah lain seperti yang terjadi di Sulut. Hal ini juga sebelumnya ditegaskan oleh juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI.

“Belum (ada seperti di Sulut), yang lain tetap jalan,” jelas dr Nadia dalam wawancara terpisah.