JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) tengah melobi produsen pesawat Boeing agar tetap menunda kedatangan sebanyak 49 unit Boeing 737 Max 8 atau memilih opsi pembatalan kendati otoritas Amerika Serikat telah membuka gembok perizinan penerbangannya kembali.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan diskusi yang berlangsung dengan Boeing tak hanya untuk menunda mendatangkan tipe unit 737 Max tetapi juga termasuk membahas kemungkinan opsi lainnya yakni membatalkannya. Namun, lanjutnya, pembatalan kontrak ini memiliki dampak jangka panjang sehingga diskusi dalam mencari solusi bagi kedua belah pihak tetap berlangsung sambil menunggu kepastian izin dari Kementerian Perhubungan.
“Salah satu yang mungkin bisa terjadi adalah dalam negosiasi ini apabila tidak ketemu dan kita tidak memperoleh izin. Tapi tolong jangan dimasukkan sebagai satu-satunya ya. Bagian negosiasi tersebut tentu saja membatalkan, tapi tentu membatalkan itu punya implikasi panjang,” ujarnya, Selasa (15/12/2020).
Irfan mengharapkan kerja sama yang terbentuk selama puluhan tahun lamanya dengan produsen Boeing ini tak harus terciderai oleh kontrak tersebut. Terlebih, relasi antara keduanya merepresentasikan citra Indonesia, sehingga akan terus mencari solusi terbaik dalam situasi tersebut.
Bos Garuda tersebut menjabarkan terkait dengan kontrak tersebut manajemen memutuskan untuk memesan sebanyak 50 unit Boeing 737 Max 8 dengan status sebanyak 1 unit sudah didatangkan. Namun satu unit tipe tersebut masih dikandangkan menyusul adanya larangan terbang secara global akibat dua kecelakaan tragis yang dialami oleh Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Sementara itu Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio juga mengatakan adanya kemungkinan bagi Garuda untuk mengganti tipe pesawat yang dipesan dengan tipe lainnya. Namun, kepastian ini masih menunggu hasil pembicaraan dengan produsen Amerika Serikat tersebut.
Selain dengan Boeing, Prasetio menjabarkan ada sembilan pesawat A330-900, kemudian empat unit A330-800 dan lima unit ATR 72 yang juga sedang direnegosiasikan dengan para produsennya.
“Apakah nanti ditukar atau seperti apa kondisinya, kita lagi berproses dengan para manufaktur,” katanya.
(DO) Sumber.