- CETAK KARTU PVC
CETAK KARTU PVC
- CETAK KARTU NAMA
- CETAK KARTU RFID
CETAK KARTU RFID
- CETAK TALI ID CARD / LANYARD
CETAK TALI ID CARD/ LANYARD
- TALI GELANG LANYARD
TALI GELANG LANYARD
- CETAK FLASHDISK CARD
CETAK FLASHDISK CARD
- AKSESORIS ID CARD
AKSESORIS ID CARD
- FINISHING KARTU
FINISHING KARTU
Mari mengenal cerita rakyat Desa Maleber di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Awal mula desa ini berkaitan erat dengan pohon beringin layu tapi kemudian bisa hijau kembali.
Mengutip situs Pemkab Kuningan, Jumat (5/2/2021), begini awal mula Desa Maleber. Jadi, pada suatu masa kira-kira tahun 1880-an di daerah Kuningan, berdiri suatu kerajaan yang bernama Nagri Laris Manis.
Kerajaan Nagri Laris Manis dipimpin oleh seorang ratu yang sangat cantik sekali yang bernama Putri Gandayang Sari. Di tengah alun-alun Nagri Laris Manis terdapat pohon Beringin yang sangat rindang.
Pohon beringin ini berdaun lebat dan luas. Sehingga rakyat Kerajaan Nagri Laris Manis bisa terlindungi dari panas dan mendapat hawa yang sejuk.
Sementara itu, di daerah lain terdapat kerajaan yang bernama Negara Pasir Pugag. Rajanya seorang raksasa bernama Duruwiksa.
Duruwiksa ingin sekali menjadikan Putri Gandayang Sari menjadi istrinya. Suatu ketika Duruwiksa melamar Putri Gandayang Sari, tetapi ditolak karena Putri tidak mau mempunyai suami seorang raksasa.
Karena lamarannya ditolak, Duruwiksa menghilang dan raganya masuk ke pohon beringin yang ada di Nagri Laris Manis atau Desa Maleber. Oleh karena aksinya itu terjadilah malapetaka.
Pohon beringin di Kerajaan Nagri Laris Manis mendadak menjadi kering, daunnya bergugugran, batangnya dan rantingnya kering. Akibatnya hawa di daerah tersebut menjadi panas dan terjadi kemarau yang panjang.
Tanaman yang tadinya tumbuh subur di Desa Maleber malah menjadi gagal panen. Hidup rakyat pun menjadi susah.
Suatu waktu dari Negara Alas Peuntas, datang seorang ksatria gagah perkasa yang sangat tampan dan sakti. Ia menyambangi ke Nagri Laris Manis untuk melamar Putri Gandayang Sari.
Ksatria itu bernama Samundaka. Lamaran Samundaka diterima oleh Putri Gandayang Sari dari Desa Maleber tetapi dengan memenuhi dua syarat.
Pertama, Samundaka harus meluruskan Sungai Cisanggarung untuk berlayarnya Putri Gandayang Sari dengan dia apabila sudah menikah. Pada waktu itu, Sungai Cisanggarung di Desa Maleber memang tidak lurus. Alirannya harus berputar dulu ke Pasir Pugag.
Pasir Pugag adalah negara dari Duruwiksa yang lamarannya ditolak oleh Putri Gandayang Sari. Oleh karena itu, sudah pasti akan mengganggu kalau mereka berlayar melewati negara si raksasa.
Syarat yang kedua bagi Samundaka yakni harus mengalahkan Duruwiksa. Alasannya adalah agar kesusahan rakyat cikal bakal Desa Maleber bisa hilang, kemudian Samundaka memenuhi kedua syarat tersebut.
Untuk memenuhi syarat pertama, Samundaka mengeluarkan kesaktian yang kurang masuk akal, yakni membesarkan kemaluan. Ia lalu memukulkannya sehingga Pasir Pugag terbelah menjadi dua.
Kini, Sungai Cisanggarung alirannya menjadi lurus karena Pasirpugag yang tadinya satu menjadi dua. Lalu, wilayah di sebelah selatan Sungai Cisanggarung tetap menjadi Pasir Pugag, dan sebelah utara Cisanggarung menjadi Pasir Angin.
Kemudian Samundaka ke alun-alun Desa Maleber dan masuk ke pohon beringin untuk mengalahkan Duruwiksa. Terjadilah pertempuran hebat, sampai akhirnya Duruwiksa kalah.
Kalah sakti, si raksasa kabur ke salah satu rawa dan masuk ke dalamnya. Sampai sekarang rawa tersebut bernama Cimurubus, tempat masuknya (mubus) Duruwiksa sewaktu dikejar Samundaka. Dari rawa itu keluar air jernih kemudian menjadi sebuah sungai.
Setelah itu, pohon Beringin yang tadinya kering menjadi lebat kembali dan membawa kesegaran bagi rakyat Nagri Laris Manis. Kerajaan menjadi subur, makmur, rakyatnya bersorak gembira karena kehidupan menjadi gemah ripah, repeh rapih.
Sesudah kedua syarat di penuhi, kemudian Putri Gandayang Sari menikah dengan Samundaka. Negara yang tadinya dipimpin Putri Gandayang Sari diserahkan ke Samundaka dan semua rakyat bersujud dan berbakti kepada raja dan ratunya.
Dari kejadian pohon Beringin yang tadinya kering dan daunnya mati, menjadi segar kembali dinamakan maleber. Lalu, daerah itu dinamakan sebagai Desa Maleber hingga sekarang.
Desa Maleber yang berasal dari kata leber artinya lebar atau tidak kekurangan. Itu selaras dengan perkataan dari Raja Samundaka bahwa Desa Maleber akan menjadi desa yang rakyatnya leber keberaniannya, akan menjadi desa yang unggul dari desa-desa lain, desa yang namanya akan meleber ke mana-mana, khususnya di Kuningan.
Kemudian sungai yang airnya keluar dari Cimurubus dinamai Cimaleber yang airnya jernih dan juga tidak pernah kering walaupun terjadi kemarau panjang. Kemudian pada tahun 1989 terjadi pemekaran desa, Desa Maleber dibagi dua dengan desa baru dinamai Desa Padamulya.