Bintarti Yulianto, ‘Kartini’ yang Jadi Bos Teknik Blue Bird

Bintarti Yulianto, ‘Kartini’ yang Jadi Bos Teknik Blue Bird

Tanggal 21 April diperingati sebagaiĀ Hari Kartini. Momen ini untuk mengenang sosok RA Kartini yang memperjuangkan kesetaraan wanita dengan laki-laki.

Di Hari Kartini, banyak perempuan yang mendapat kesempatan dan kedudukan sama dengan laki-laki. Seperti Bintarti A. Yulianto, selama lebih dari dua dekade menjadi bos teknik di Blue Bird.

“Sejak tahun 1997 saya sudah di Blue Bird sebagai Vice President (VP) Teknik,” kata Bintarti kepadaĀ detikcom, Senin (20/4/2021).

Dunia teknik yang didominasi laki-laki telah lama menjadi bagian hidup Bintarti. Mulai dari saat kuliah dengan jurusan Teknik Nuklir di Universitas Gadjah Mada (UGM), hingga masa kerja yang sebelumnya sempat di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Dari tenaga nuklir, Bintarti banting setir dengan meniti karier di anak perusahaan Blue Bird terlebih dahulu pada 1991. Tak lama kemudian ia hengkang dan memilih tinggal di luar negeri selama dua tahun untuk menemani suami melanjutkan studi.

 

Bintarti Yulianto, 'Kartini' yang Jadi Bos Teknik Blue Bird

Setibanya di Tanah Air, Bintarti justru ditawarkan bergabung dengan Blue Bird di divisi Teknik. Meskipun tak nyambung dengan latar belakang pendidikannya, dengan tekad mau belajar lambat laun ia merasa nyaman dengan pekerjaannya.

“Waktu pertama harus menangani ini kan sesuatu yang baru jadi saya belajar mengenai otomotif apa itu,Ā engineĀ bagaimana cara bekerjanya, transmisi itu apa, sistem kopling bagaimana itu saya pelajari semua,” jelasnya.

Meskipun, diakui Bintarti pernah merasa dipandang sebelah mata karena profesinya itu. Namun berkat kerja kerasnya, dia mampu membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin bagi laki-laki. Dengan pengetahuan cukup yang dimiliki, dia mengaku tak merasa minder.

“Awalnya pasti ya kayak ‘siapa nih perempuan’ masuk otomotif, itu awal-awal kita harus bisa membuktikan diri bahwa kita itu bisa, nggak akan kalah misalnya dengan teman-teman kita yang laki-laki,” imbuhnya.

Saking nyamannya, berada di lingkungan kerja yang didominasi pria diakui Bintarti sangat menyenangkan. Sosok pria yang cenderung cuek membuatnya bebas mengekspresikan pendapat tanpa khawatir terbawa perasaan (baper).

“Menurut saya ada benefitnya juga. Kalau laki-laki kan mereka itu nggak baperan, kita mau ngomong bisa bicara secara lugas, terus terang,Ā to the pointĀ gitu aja,” imbuhnya.

Perannya sebagai bos teknik Blue Bird adalah bertanggung jawab dari hulu ke hilir terkait perawatan taksi. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, pihaknya secara berkala harus mengecek kondisi mesin.

“Misalnya kita beli mobil nih apakah itu untuk taksi kan harus disesuaikan, harus dicat dengan warna Blue Bird, dipasang argo, pasang atribut-atribut, itu semuanya di bawah saya. Kemudian pada saat operasional kan dia harus diĀ maintenance,Ā kita bikin sistemĀ serviceĀ menganutnya kan sistem preventifĀ maintenanceĀ jadi kita harus bikin sistemnya, kapan dia harus masuk bengkel untuk dicek, dianalisa apakah ada kerusakan, apakah bisa dioperasikan tanpa ada masalah, itu semuanya kita bikin sistemnya,” ungkapnya.

Kerjaan dengan sifat mobilitas yang tinggi, membuat Bintarti mengaku tak pernah tampil dengan memakai rok. “Saya ke lapangan kan harus kunjungan keĀ poolĀ lihat kondisinya seperti apa. Karena itu saya nggak pernah pakai rok untuk mobilitas, jadi selalu pakai celana panjang,” imbuhnya.

Bintarti menjelaskan keleluasaan wanita saat ini dalam mewujudkan cita-cita tidak terlepas dari perjuangan Kartini di masa lampau. Untuk itu, di Hari Kartini ini dia mengajak wanita untuk terus memperjuangkan semangat itu.

“Kartini itu yang mendobrak semua budaya patriarki, paling tidak kita bisa maju seperti sekarang ini, punya peran yang relatif sama dengan laki-laki itu tonggak sejarahnya karena Ibu Kartini. Tanpa dia mendobrak tradisi danĀ cultureĀ seperti di zamannya, mungkin kita masih dalam kondisi terbelakang,” katanya.

Di Blue Bird, Bintarti menjelaskan bahwa kesetaraan gender sudah lama menjadi budaya. Di mana sosok perempuan diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin, termasuk pendirinya yang juga perempuan yakni Mutiara Fatimah Djokosoetono.

“Selama kamu mampu, kamu bisa, kamu berprestasi,Ā why notĀ kamu bisa ada di manapun. Blue Bird sendiri kan pendirinya juga perempuan, sekarang CEO-nya perempuan, kita juga punya banyak VP, direktur perempuan. Ini yang akhirnya culture kita sudah membentuk tidak ada perbedaan. Sekarang pun kita punyaĀ driver-driverĀ perempuan cukup banyak,” jelasnya.

Di divisi teknik, Bintarti juga tak sendirian sebagai perempuan, masih ada dua rekannya sebagai sekretaris dan masterĀ data analyst. Namun hanya Bintarti satu-satunya perempuan yang sering turun ke lapangan.

“Di bagian teknik ceweknya saya sama sekretaris saya. Terus kita juga punya yang namanya masterĀ data analystĀ juga cewek yang sifatnya nggak ke lapangan lah,” tandasnya.