Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah di Mesir mengalami kemacetan usai kapal kargo raksasa milik Jepang, Ever Given menutupi jalur tersebut. Akibatnya jalur pelayaran dan perdagangan global mengalami kelumpuhan.
Pemilik kapal dari perusahaan Shoei Kisen Kaisha menyampaikan permintaan maaf atas gangguan perdagangan global. Sebagai informasi, saat kejadian, kapal itu disewa oleh perusahaan pelayaran Taiwan, Evergreen Marine.
“Kami dengan tulus meminta maaf karena telah menimbulkan kekhawatiran besar bagi kapal-kapal di Terusan Suez dan mereka yang berencana melewati kanal itu,” kata pihak Shoei Kisen Kaisha, dikutip dari BBC, Jumat (26/3/2021).
Pihaknya mengaku terus mencoba menyelesaikan secepat mungkin. Tetapi masih mengalami kesulitan. Insinyur kelautan dan tim penyelamat pun gagal dalam upaya terakhir mereka pada hari Kamis kemarin.
“Bekerja sama dengan otoritas lokal dan Bernhard Schulte Shipmanagement, sebuah perusahaan manajemen kapal, kami mencoba untuk mengapung kembali Ever Given, tetapi kami menghadapi kesulitan yang ekstrim,” tambahnya.
Namun, Evergreen Marine mengungkap para ahli penyelamatan sedang bekerja dengan kapten dan Otoritas Terusan Suez untuk merancang rencana yang lebih efektif untuk mengapung kembali kapal tersebut.
Kapal Ever Given sepanjang 400 m, berbobot 200.000 ton itu telah terjepit pada, Rabu (24/3). Hal itu mengakibatkan kemacetan dan menciptakan tailback yang panjang di jalur air, dengan lebih dari 150 kapal saat ini mengantre di daerah tersebut untuk lewat.
Adapun rute alternatif yang menjadi pilihan jalur perdagangan yakni Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika. Namun, bisa memakan waktu dua minggu lebih lama.
CEO perusahaan induk Smit Salvage, Peter Berdowski, memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu berminggu-minggu, bukan berhari-hari, untuk mengapung kembali kapal Ever Given.
“Ini seperti ikan paus besar yang terdampar di pantai. Ini adalah beban yang sangat besar di atas pasir,” kata Berdowski.
“Kami mungkin harus bekerja dengan kombinasi mengurangi berat dengan memindahkan kontainer, minyak dan air dari kapal, kapal tunda dan pengerukan pasir.”
Akibat mandeknya jalur perdagangan global itu, harga minyak mentah global naik 6% dan turun lebih dari 4% pada hari Kamis kemarin.