- CETAK KARTU PVC
CETAK KARTU PVC
- CETAK KARTU NAMA
- CETAK KARTU RFID
CETAK KARTU RFID
- CETAK TALI ID CARD / LANYARD
CETAK TALI ID CARD/ LANYARD
- TALI GELANG LANYARD
TALI GELANG LANYARD
- CETAK FLASHDISK CARD
CETAK FLASHDISK CARD
- AKSESORIS ID CARD
AKSESORIS ID CARD
- FINISHING KARTU
FINISHING KARTU
Belakangan, media sosial dihebohkan tren viral sujud ‘freestyle’ yang meresahkan. Tidak patut karena ibadah dijadikan bahan bercandaan, dan meresahkan karena risikonya bisa sangat fatal.
Tren yang diramaikan bocah-bocah cilik ini disebut-sebut dilakukan saat salat taraweh. Saat melakukan gerakan sujud, beberapa anak malah melakukan gerakan semacam handstand dengan bertumpu pada siku dan pergelangan.
Ada banyak sekali video viral dengan gerakan seperti itu. Awalnya banyak yang menganggapnya lucu, tetapi makin lama banyak juga yang menghujatnya.
1. Dikaitkan dengan emoji game online
Gerakan sujud ‘freestyle’ mirip handstand ini disebut-sebut terinspirasi salah satu emoji game online Free Fire. Tidak jelas betul kenapa dari sekian banyak emoji, yang dicontoh malah yang membahayakan.
2. Berisiko fatal
Dokter ortopedi dari Royal Sport Medicine Center, dr Bobby Nelwan SpOT(K-Sport), menyebut tren ini berisiko memicu patah tulang leher yang fatal. Terlebih karena yang melakukan kebanyakan anak-anak.
“Ada perbedaan kondisi tulang pada anak-anak dan dewasa termasuk itu potensi patah dan lepas sendi atau dislokasi. Pada anak-anak tulangnya relatif tipis, lebih kecil dibandingkan pada orang dewasa sehingga pada anak-anak lebih mudah patah dibandingkan orang dewasa,” jelas dr Bobby saat dihubungi detikcom Selasa (20/4/2021).
3. Tingkat kesulitan tinggi
Gerakan serupa sebenarnya tidak asing bagi para pegiat olahraga kebugaran, khususnya yoga. Beberapa gerakan seperti chinstand dan peacock atau mayurasana juga mirip seperti pose sujud ‘freestyle’ yang viral.
Instruktur yoga Astrid Amalia menegaskan, pose-pose atau gerakan seperti ini punya tingkat kesulitan tinggi dan tidak untuk pemula. Melakukannya tanpa latihan dan persiapan yang cukup bisa berakibat cedera serius.
“Sangat advance dan sangat berbahaya. Kenapa? Yoga sendiri sebetulnya bukan mengajarkan kehebatan, tapi lebih kepada awareness meditasi bernapas,” kata Astrid.
4. Perlu edukasi, jangan hanya di-bully
Kecaman dan hujatan terhadap bocah-bocah cilik yang melakukan tren viral ini saat beribadah, bermunculan media sosial. Psikolog klinis Rosdiana Setyaningrum mengingatkan, anak hanya mencontoh sesuatu yang diamatinya dalam keseharian, sehingga peran orang tua sangat penting.
Mengingat tren sujud ‘freestyle’ ini disebut-sebut terinspirasi oleh game online, orang tua bisa mendampingi anak untuk memilih hiburan sesuai usia. Pendampingan dibutuhkan karena anak-anak belum bisa berpikir sebab-akibat secara hipotetikal.
“Anak-anak itu melakukan karena mereka tidak tahu kalau itu berbahaya, karena tidak ada yang kasih tahu. Sedangkan yang mem-bully tahu, jadi yang bully yang salah dong? Nggak pernah ada cara ngomong ke anak-anak dengan bully. Itu pasti salah,” tegas Rosdiana.