- CETAK KARTU PVC
CETAK KARTU PVC
- CETAK KARTU NAMA
- CETAK KARTU RFID
CETAK KARTU RFID
- CETAK TALI ID CARD / LANYARD
CETAK TALI ID CARD/ LANYARD
- TALI GELANG LANYARD
TALI GELANG LANYARD
- CETAK FLASHDISK CARD
CETAK FLASHDISK CARD
- AKSESORIS ID CARD
AKSESORIS ID CARD
- FINISHING KARTU
FINISHING KARTU
Hidup memang tidak selalu berjalan dengan mulus. Banyak cobaan dan rintangan yang mungkin akan menghampiri, namun jangan sampai hal itu mematahkan semangatmu. Sebuah kisah memilukan yang satu ini datang dari seorang wanita yang terpaksa harus menerima kenyataan pahit bahwa suaminya direbut oleh anaknya sendiri.
Melalui acara Kejamnya Dunia di Trans TV, wanita bernama Maryati itupun menceritakan kisahnya. Maryati mengatakan bahwa sejak usianya 14 tahun dirinya sudah dijodohkan dengan seorang pria asal Makassar yang bernama Saibo.
“Sama dia saya tuh dijodohin sama orangtua. Tadinya saya nggak mau, disuruh. Jadi terpaksa, saya dibohong-bohongin sama ibu saya,” jelas Maryati seperti dikutip dari Youtube Trans TV.
Dari pernikahan pertamanya dengan Saibo, Maryati dikaruniai seorang anak perempuan yang diberinya nama Suti. Namun saat Suti berusia 8 bulan, Maryati memutuskan untuk bercerai dari Saibo karena Saibo telah menduakannya.
Setelah 18 tahun hidup menjanda Maryati akhirnya dipertemukan dengan Kamsin. Pertemuan pertama keduanya terjadi saat Maryati sedang menjaga warung nasi milik bibinya. Walaupun usia Kamsin lebih muda 5 tahun tetapi keduanya merasa cocok dan memutuskan untuk menikah.
“Sebenarnya bukan karena demen sebenernya tuh, kasihan. Menikah sama dia tuh kasihan gitu karena orangnya itu terlalu pendiem, nggak banyak cerita ini itu. Dia tuh apa adanya, nerima apa adanya,” jelas Kamsin.
Dari pernikahannya dengan Kamsin, Maryati telah dikaruniai 10 anak. 7 anaknya masih hidup, sementara 3 lainnya sudah meninggal karena sakit. Saat ini anak-anaknya itu juga tidak ada yang bersekolah karena keterbatasan biaya. Kamsin hanya bekerja sebagai kuli bangunan yang dibayar sekitar Rp 50 ribu per hari. Sedangkan Maryati bekerja memasang baut-baut untuk selanjutnya disetor ke pabrik. Pendapatan Maryati hanya Rp 7.500 per kotak. Rata-rata dirinya hanya bisa mengerjakan 2 kotak setiap harinya.
“Tadinya kan setiap minggu, sekarang diubah 2 minggu sekali. Paling pendapatan 2 minggu sekali itu kadang-kadang Rp 150 ribu, kadang-kadang Rp 100 ribu,” ungkap Maryati.
Tak hanya sampai saitu saja, penderitaan Maryati semakin bertambah ketika suaminya, Kamsin, memutuskan untuk menikahi anak pertama Maryati, Suti. Kamsin bahkan menjual TV nya seharga Rp 400ribu untuk menikahi Suti. Awalnya Maryati tak setuju, namun setelah mendengar penjelasan Kamsin akhirnya Maryati menyetujuinya.
Kepada Maryati, Kamsin mengatakan bahwa dia ingin menikahi anak tirinya itu hanya untuk menutupi aib dan omongan para tetangga, karena Suti sudah berkali-kali hamil di luar nikah. Dua dari empat anaknya bahkan terpaksa harus diberikan kepada orang lain karena keterbatasan biaya. Saat Suti tengah hamil 7 bulan, keduanya pun menikah. Dua bulan kemudian Suti melahirkan anak kelimanya yang diberi nama Muhammad Subekti.
Kamsin selalu mengatakan bahwa hanya anak terakhir Suti lah yang merupakan anaknya. Selebihnya, para pria yang telah menghamili Suti tak pernah ada yang mau bertanggung jawab.
Kamsin sendiri sempat dipanggil oleh ketua RT karena ada yang melaporkannya memiliki hubungan gelap dengan Suti. Namun Kamsin langsung menjelaskannya dan memperlihatkan surat nikahnya dengan Suti. Tapi entah bagaimana Kamsin dan Suti justru dibawa ke kantor polisi.
Suti kemudian diperbolehkan pulang ke rumah saudaranya, tetapi Kamsin ditahan selama 20 hari. Untuk mengeluarkan Kamsin, Maryati harus membayar Rp 1,8 juta. Uang itu didapatkannya dari menjual sebagian rumahnya seharga Rp 3 juta.
Hingga saat ini Maryati masih tinggal bersama Kamsin, Suti, dan anak-anak mereka. Maryati lah yang mengurus anak-anak Suti karena diakuinya bahwa Suti sendiri tak pernah mengurus anak-anaknya. Maryati berharap jika kelak memperoleh uang yang cukup, dirinya bisa kembali menyekolahkan anak-anaknya.