- CETAK KARTU PVC
CETAK KARTU PVC
- CETAK KARTU NAMA
- CETAK KARTU RFID
CETAK KARTU RFID
- CETAK TALI ID CARD / LANYARD
CETAK TALI ID CARD/ LANYARD
- TALI GELANG LANYARD
TALI GELANG LANYARD
- CETAK FLASHDISK CARD
CETAK FLASHDISK CARD
- AKSESORIS ID CARD
AKSESORIS ID CARD
- FINISHING KARTU
FINISHING KARTU
JAKARTA – Restrukturisasi kredit pada masa pandemi disebut menjadi salah satu alasan pertumbuhan kredit negatif pada akhir kuartal III/2020.
Berdasarkan Analisis Uang Beredar Bank Indonesia, pertumbuhan kredit pada akhir September 2020 minus 0,4 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Realisasi ini merosot dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,6 persen YoY.
Lebih lanjut, penurunan laju penyaluran kredit ini seiring dengan perlambatan kredit baik segmen korporasi maupun perorangan. Penyaluran kredit korporasi tercatat negatif 0,7 persen pada September tahun ini, sedangkan kredit perorangan melambat menjadi 0,7 persen dari bulan sebelumnya 1 persen.
Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan kredit dipengaruhi kebutuhan kredit modal kerja (KMK) yang masih negatif 3,1 persen pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran masih menjadi sektor penekan pertumbukan KMK.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Samual mengatakan pertumbuhan kredit yang semakin merendah hingga kuartal III/2020 juga berkaitan dengan perbankan yang lebih berkonsentrasi dalam melakukan restrukturisasi kredit.
Pada kuartal IV/2020, pengajuan restrukturisasi kredit dapat dikatakan semakin minim sehingga membuka peluang pertumbuhan kredit.
Apalagi, lanjutnya, secara musiman, permintaan kredit pada akhir tahun selalu lebih tinggi daripada periode sebelumnya. Kondisi ini pun kemungkinan akan terjadi pada kuartal IV/2020 tahun ini sehingga diproyeksi kredit akan bertumbuh.
“Akan ada peningkatan sedikit, pengaruh musiman karena akhir tahun secara musiman ada kenaikan, tapi tetap tumbuh rendah,” sebutnya.
Sejumlah sektor yang saat ini masih bisa diandalkan untuk penyaluran kredit adalah sektor korporasi yang bergerak di bidang infrastruktur, consumer goods, perkebunan, hingga kesehatan.
Hanya saja, penyaluran kredit infrastruktur dilakukan by termin. Penyelesaian tahap proyek sangat berkiatan dengan pencairan kredit tahap berikutnya.
Menurutnya, untuk mendorong pertumbuhan kredit, insentif fiskal sangat diperlukan. Insentif fiskal akan memberikan optimisme bagi pelaku usaha untuk tumbuh. Di tambah dengan adanya kepastian distribusi vaksin, akan semakin memompa keyakinan masyarakat.
“Saat ini banyak terjadi undisbursed loan dan pelunasan yang tidak diikuti dengan refinancing kredit baru, ini yang harus ditutup dengan stimulus fiskal. Pada kuartal IV/2020, stimulus fiskal harus lebih optimal,” sebutnya.