2 WNI Jadi Korban Serangan di AS, KJRI Koordinasi ke Otoritas Setempat

2 WNI Jadi Korban Serangan di AS, KJRI Koordinasi ke Otoritas Setempat

Dua remaja asal Indonesia dikabarkan menjadi korban serangan ditampar dan dipukul oleh sekelompok orang di stasiun kereta di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat. KJRI kini tengah berkoordinasi dengan otoritas setempat.

“KJRI New York telah menghubungi perwakilan kantor Walikota Philadelphia untuk menyampaikan keprihatinan (concern) serta meminta informasi mengenai tindak lanjut penanganan kasus dimaksud,” kata Jubir Kemlu, Teuku Faizasyah, ketika dihubungi, Sabtu (27/3/2021).

Faizasyah mengatakan berdasarkan keterangan kepolisian setempat serangan itu masuk dalam kategori bullying. Namun, otoritas setempat tengah menyelidiki rekaman CCTV yang ada.

“Pihak kepolisian informasikan bahwa untuk sementara kasus ini dikategorikan sebagai tindakan harassment dan bullying,” ujarnya.

“Polisi Philadelphia sedang menyelidiki rekaman CCTV kejadian dimaksud untuk menentukan apakah kasus ini bermotif rasial/kebencian terhadap etnis tertentu,” lanjut Faizasyah.

Kedua remaja yang tidak disebutkan identitasnya ini menceritakan kejadian itu kepada NBC. Dilansir dari tayangan NBC, Jumat (26/3/2021), dua remaja itu awalnya sedang menunggu kereta di Stasiun SEPTA’s City Hall.

Mereka mengatakan mendadak ada empat anak perempuan yang melakukan bully ke keduanya. Sepotong peristiwa itu sempat direkam dengan ponsel.

“Salah satu perempuan itu menampar temanku di sisi kanan wajahnya dan dia mulai menangis. Perempuan lain menampar sisi kiri wajahku beberapa kali sampai saya jatuh,” kata salah satu remaja.

Peristiwa itu terjadi pada Minggu (21/3) lalu. Mereka mengatakan saat itu ada 15-20 orang lain di stasiun tersebut, namun sekelompok perempuan itu hanya menargetkan orang-orang Indonesia dulu.

“Mengapa kamu hanya menyerang yang lemah dan orang lanjut usia? Ini tidak adil,” kata salah satu remaja Indonesia.

NBC melaporkan bahwa kedua remaja berusia 17 dan 18 tahun tersebut meyakini ini merupakan serangan rasial. Oleh sebab itu, mereka memilih untuk angkat bicara di tengah maraknya serangan anti-Asia di Amerika Serikat beberapa waktu terakhir.

“Aku pulang dan aku menangis karena aku sangat syok,” kata salah satu remaja.