Otoritas Yordania menangkap sedikitnya 16 tersangka bersama mantan Putra Mahkota Yordania, Pangeran Hamzah bin Hussein, yang merupakan saudara tiri Raja Abdullah II, terkait rencana mendestabilisasi negaranya. Otoritas Amerika Serikat (AS) turut memantau situasi terkini di Yordania.
Seperti dilansir AFP, Senin (5/4/2021), Pangeran Hamzah (41) dilucuti dari gelar Putra Mahkota Yordania oleh Raja Abdullah II pada tahun 2004 lalu.
Wakil Perdana Menteri (PM) Yordania, Ayman Safadi, menyatakan Pangeran Hamzah bersama belasan orang lainnya yang ditangkap, diduga bekerja dengan pihak-pihak asing untuk ‘merusak keamanan’ Yordania. Mereka juga didakwa melakukan penghasutan.
PM Safadi yang juga menjabat Menteri Luar Negeri Yordania, menyebut sekitar 14-16 tersangka lainnya ikut ditangkap, tanpa menyebut siapa saja mereka.
Kantor berita Yordania, Petra, melaporkan bahwa di antara tersangka yang ditangkap terkait ‘alasan keamanan’ merupakan mantan ajudan dekat keluarga Kerajaan Yordania, Bassem Awadallah, yang menjabat kepala rumah tangga kerajaan tahun 2007-2008 dan Sherif Hassan bin Zaid.
Lebih lanjut, Safadi menyatakan bahwa dinas keamanan Yordania memantau ‘kontak dengan pihak-pihak asing yang bertujuan mendestabilisasi keamanan Yordania’, termasuk diduga menawarkan untuk membawa istri Pangeran Hamzah keluar dari Yordania.
Safadi menolak untuk menyebut pihak-pihak asing yang dimaksud, namun dia menyatakan bahwa otoritas setempat mengambil tindakan karena tersangka konspirator ‘berbicara soal waktu’. “Penghasutan ini ditangkal sejak dini,” sebutnya.
Menanggapi situasi terkini di Yordania, AS, sekutu-sekutu Teluk dan Liga Arab menyampaikan dukungan untuk pemerintahan Raja Abdullah II, yang pro-Barat dan dipandang menjadi jangkar stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya mengungkapkan otoritas AS ‘memantau secara saksama’ peristiwa di Yordania, sembari menekankan bahwa Raja Abdullah II ‘mendapat dukungan penuh dari kami’.
Dukungan juga datang dari Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, yang menghubungi Raja Abdullah II untuk menegaskan ‘solidaritas penuh’ dari Mesir untuk Yordania. Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman juga menelepon Raja Abdullah II untuk menyatakan dukungan mereka.
Tak ketinggalan, Israel juga turut menyampaikan dukungan untuk Yordania. “Yordania merupakan tetangga dan sekutu strategis dengan siapa kami memiliki hubungan damai. Kami perlu melakukan apapun yang dibutuhkan untuk menjaga aliansi itu,” sebut Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz.
Sebelumnya, seperti dilansir BBC, Pangeran Hamzah merilis dua video ke BBC, yang mengklaim bahwa dia ditempatkan dalam tahanan rumah. Dia membantah telah melakukan konspirasi, tetapi menuduh para pemimpin Yordania tidak mampu menjalankan pemerintahan dan melakukan korupsi.
Dalam videonya, Pangeran Hamzah berkata dia dilarang keluar rumah atau berkomunikasi dengan orang lain. Langkah ini diambil pemerintah menyusul kunjungan sang pangeran ke sejumlah pemimpin suku, yang dikatakan telah memberikan dukungan.
Ibunya, Ratu Nur yang lahir di AS, berkata dia mendoakan anaknya yang dia sebut sebagai korban tak bersalah dari ‘fitnah jahat’.